Dulu kita itu seperti magnet. Tidak menganal satu sama lain. Acuh. Sampai akhirnya kamu itu mengenal siapa aku sebenernya. Tak banyak yang tahu keberadaan kita saat itu. Mungkin hanya langit biru yang menjadi saksi bisu adanya kita saat itu. Ku kira dulu itu kita adalah 2 mahluk yang disihir untuk lupa apa itu kita. Mungkin dulu waktu ku dan waktu mu belum dipertemukan. Harapan kita masih berlayar jauh. Tak terlihat. Hingga terhempas oleh besar nya ombak. Lalu menepi dengan kesusahan.
Dulu itu aku, bukan kita. Dulu itu kamu, bukan kita. Dan sekarang aku dan kamu itu kita. Kita yang satu, kita yang tunggal, dan kita yang dipersatukan. Lalu ini kau sebut apa? Setelah harapan itu terhempas oleh ombak dan sekarang dia kembali. Tumbuh di dataran langit mimpi yang nyata. Berkembang menjadi sebuah wujud. Wujud rasa kasih sayang yang aku buta akan hal itu.
Sudut pandang kita berbeda. Benci akan kegemaran, kebiasaan, dan tentang kesenangan. Aku anti itu. Aku marah lalu padam. Dan begitu seterusnya. Ini memang cukup membuat jadi tanda tanya ku dalam kisah mu. Tapi akan ku cari arti dari tanda tanya iyu.
Kisah harapan di dataran langit memang masih ku pertahankan. Menjaga yang sudah ada tanpa mengembalikan magnet itu kembali. Aku takut kekuatan magnet itu ada. Aku takut harapan di dataran mimpi itu pergi ke tempat tersembunyi. Berdiam diri di dalam gelap nya goa. Aku takut kita itu menjadi kalian. Kalian yang dulu pernah menjadi lembah jurang ku. Jatuh masuk ke dalam. Hingga aku tak sadar berapa banyak kulit tubuhku yang ku biarkan terluka.
No comments:
Post a Comment